SENI TEATER
Seni
teater adalah seni kolektif. Pada penggarapannya sangat dibutuhkan adanya
manajerial yang baik, menggunakan
fungsi dasar dan manajemen. Fungsi dasar adalah POAC (Planning, Organizing,
Actuating, Controling) dalam istilah Indonesia dikenal dengan P4 Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan, dan
Pengawasan). Pada prakteknya ketiga kelompok teater modern yang ada di
Bandung, yaitu kelompok Teater Payung Hitam, kelompok Teater Laskar panggung
dan kelom-pok Teater Re-Publik, ketiganya mempraktekan keempat fungsi dari
manajemen dengan kapasitasnya masing-masing.
PENGERTIAN
DRAMA DAN TEATER
ARTI TEATER
v Secara etimologis : Teater
adalah gedung pertunjukan atau auditorium.
v Dalam arti luas : Teater ialah
segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak
v Dalam arti sempit : Teater
adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas
dengan media “Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada
naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.”
Misalnya wayang
orang, ketoprak, ludruk, arja,
reog, lenong, topeng, dagelan, sulapan akrobatik, bahkan
pertunjukan band dan lain sebagainya.
§ Dalam arti khusus: sama halnya dengan arti sempit namun dalam pelaksanaannya dapat
dimainkan terbalik atau berbeda
Terater sebagai tontonan mempunyai dua
bentuk, yaitu teater modern dan teater tradisional.
ü Teater tradisional tidak
menggunakan naskah. Dimana para pemain di
tuntut mempunyai spontanitas dalam berimprovisasi yang tinggi. Contoh teater
tradisional antara lain: ludruk (Jawa timur), ketoprak (Jawa tengah), dan
lenong (Jawa barat) .
ü Teater Modern menggunakan
naskah yang dipegang teguh, dipatuhi dan dilaksanakan seluruhnya. Penataan
panggung, musik pengiring, penataan lampu, percakapan dan gerak pemain harus
mengikuti naskah.
ARTI DRAMA
Drama berarti
perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai" yang berarti
berbuat, berlaku, bertindak, beraksi dan
sebagainya. Dalam Bahasa Belanda, drama adalah toneel.
Drama ialah kualitas
komunikasi, situasi, action, (segala yang terlihat dalam pentas/panggung) yang
menimbulkan perhatian, kehebatan, dan ketegangan pada pendengar/penonton.
Seni drama merupakan suatu tontonan hasil
perpaduan dari cabang seni lainnya ini dapat dilihat antara lain :
1.
Seni sastra
untuk naskah cerita
2.
Seni lukis untuk
tata rias dan tata panggung
3.
Seni musik untuk
musik pengiring
4.
Seni tari untuk
gerak-gerik pemain5.seni peran untuk pemeranan tokoh
Ada sembilan istilah yang
memiliki kedekatan makna dengan drama, yaitu
a.
Sandiwara. Istilah ini
diciptakan oleh PKG Mangkunegara
VII, berasal dari kata bahasa Jawa sandhi ang berarti rahasia, dan warah yang
berarti pengajaran. Ole Ki Hajar Dewantara, istilah sandiwara diartikan sebagai
pengajaran yang dilakukan dengan perlambang, secara tidak langsung.
b.
Lakon. Istilah ini
memiliki beberapa kemungkinan arti, yaitu (1) cerita yang dimainkan dalam
drama, wayang, atau film (2) karangan yang berupa cerita sandiwara, dan (3)
perbuatan, kejadian, peristiwa.
c.
Tonil. Istilah
ini berasalh dari bahasa Belanda toneel, yang artinya pertunjukan.
d.
Teater. Istilah ini
berasal dari kata ”theatrom” yang berarti seeing Place
(Inggris). Tontonan drama memang menonjolkan
percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (aktif) di panggung.
Percakapan dan gerak-gerik itu memperagakan cerita yang
tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton
dapat langsung mengikuti dan menikmati
cerita tanpa harus membayangkan. Pengertian dari
teater adalah (1) gedung pertunjukan, (2) suatu bentuk pengucapan seni yang
penyampaiannya dilakukan dengan dipertunjukkan di depan umum.
e.
Pentas. Pengertian
sebenarnya adalah lantai ang agak tinggi, panggung, tempat pertunjukan, podium,
mimbar, tribun.
f.
Sendratari. Kepanjangan
akronim ini adalah seni drama dan tari, artinya pertunjukan serangkaian tari-tarian
yang dilakukan oleh sekelompok orang penari dan mengisahkan suatu cerita dengan
tanpa menggunakan percakapan.
g.
Opera. Artinya drama
musik, drama yang menonjolkan nyanyian dan musik.
h.
Operet. Opera kecil,
singkat, dan pendek.
i.
Tablo. Yaitu drama
yang menampilkan kisa dengan sikap dan posisi pemain, dibantu oleh pencerita.
Pemain-pemain tablo tidak berdialog.
ISTILAH-ISTILAH
DALAM DRAMA
a.
Babak
Babak, merupakan
bagian dari lakon drama. Dalam satu lakon drama mungkin saja terdiri dari satu,
dua atau tiga babak bahkan mungkin lebih. Batas antara babak satu dengan babak
selanjutnya ditandai dengan turunnya layer atau matinya penerangan lampu
pementasan. Bila lampu dinyalakan kembali atau layer diangkat kembali biasanya
ada perubahan penataan panggung yang menggambarkan setting yang berbeda.
b.
Adegan
Adegan adalah
bagian dari babak. Sebuah adegan hanya bagian dari rabgkaian suasana dalam
babak.
c.
Prolog
Prolog adalah
kata pendahuluan dalam lakon drama. Prolog biasanya berisi tentang perkenalan
tokoh-tokoh dan pemerannya, konflik yang terjadi dan juga synopsis lakon.
d.
Epilog
Epilog adalah
kata penutup yang mengakhiri pementasan. Isinya kadang berupa kesimpulan atau
ajaran yang bisa diambil dari tontonan drama yang telah disajikan.
e.
Dialog
Dialog adalah
percakapan para pemain. Dialog memegang peranan penting karena menjadi pengarah
lakon drama. Agar dialog tidak membosankan maka pengucapannya harus disertai
penjiwaan secara emosional, selain itu pelafalannnya harus jelas dan cukup
keras.
f.
Monolog
Monolog adalah
percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri.
g.
Mimik
Mimik adalah
ekspresi gerak-gerik wajah untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain.
h.
Pantomim
Pantomime adalah
ekspresi gerak-gerik tubuh untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain.
i.
Pantomimik
Pantomimic adalah
perpaduan ekspresi gerak-gerik wajah dan gerak-gerik tubuh untuk menunjukkan
emosi yang dialami pemain.
j.
Gestur
Gestur adalah
gerak-gerak besar, yaitu gerakan tangan kaki, kepala, dan tubuh pada umumnya
yang dilakukan pemain.
k.
Bloking
Bloking adalah
aturan berpindah tempat dari tempat yang satu ke tempat yang lain agar
penampilan pemain tidak menjemukan.
l.
Gait
Gait berbeda
dengan bloking karena diartikan tanda-tanda khusus pada cara berjalan dan cara
bergerak pemain.
m.
Akting
Akting adalah
gerakan-gerakan yang dilakukan pemain sebagai wujud penghayatan peran yang
dimainkan.
n.
Aktor
Aktor adalah
orang yang melakukan acting yaitu pemain drama. Untuk actor wanita disebut
sebagai aktris.
o.
Improvisasi
Improvisasi adalah
gerakan-gerakan atau ucapan-ucapan penyeimbang untuk lebih menghidupkan peran.
p.
Ilustrasi
Ilustrasi adalah iringan
bunyi-bunyian untuk memperkuat suasana yang sedang digambarkan. Istilah
ilustrasi juga bias disebut musik pengiring.
q.
Kontemporer
Kontemporer adalah
lakon atau naskah serba bebas yang tidak terikat aturan.
r.
Kostum
Kostum adalah
pakaian para pemain yang dikenakan pada saat memerankan tokoh cerita di
panggung.
s.
Sekenario
Skenario adalah
susunan garis-garis besar lakon drama yang akan diperagakan para pemain.
t.
Panggung
Panggung adalah
tempat para actor memainkan drama.
u.
Layar
Layar adalah kain
penutup panggung bagian depan yang dapat dibuka dan ditutup sesuai dengan
kebutuhan.
v.
Penonton
Penonton adalah
semua orang yang hadir untuk menyaksikan pertunjukan drama.
w.
Sutradara
Sutradara adalah
orang yang memimpin dan paling bertanggung jawab dalam pementasan drama.
BENTUK-BENTUK
DRAMA
Ø
Berdasarkan
bentuk sastra cakapannya, drama dibedakan menjadi dua
1.
Drama puisi, yaitu drama
yang sebagian besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur
puisi.
2.
Drama prosa, yaitu drama
yang cakapannya disusun dalam bentuk prosa.
Ø Berdasarkan sajian isinya
1.
Tragedi (drama
duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang terlibat
dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak menguntungkan. Keadaan tersebut
mengantarkan tokoh pada keputusasaan dan kehancuran. Dapat juga berarti drama
serius yang melukiskan tikaian di antara tokoh utama dan kekuatan yang luar
biasa, yang berakhir dengan malapetaka atau kesedihan.
2.
Komedi (drama ria),
yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun selorohan di dalamnya
dapat bersifat menyindir, dan yang berakhir dengan bahagia.
3.
Tragikomedi
(drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya menggunakan alur dukacita tetapi
berakhir dengan kebahagiaan.
Ø Berdasarkan kuantitas cakapannya
a.
Pantomim, yaitu drama
tanpa kata-kata
b.
Minikata, yaitu
drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata.
c.
Doalogmonolog, yaitu drama
yang menggunakan banyak kata-kata.
Ø Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni
lainnya
a.
Opera/operet, yaitu
drama yang menonjolkan seni suara atau musik.
b.
Sendratari, yaitu drama
yang menonjolkan seni eksposisi
c.
Tablo, yaitu
drama yang menonjolkan seni eksposisi.
Ø Bentuk-bentuk lain
a.
Drama absurd, yaitu drama
yang sengaja mengabaikan atau melanggar konversi alur, penokohan, tematik.
b.
Drama baca, naska drama
yang hanya cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan.
c.
Drama borjuis, drama yang
bertema tentang kehidupan kaum bangsawan (muncul abad ke-18).
d.
Drama domestik, drama yang
menceritakan kehidupan rakyat biasa.
e.
Drama duka, yaitu drama
yang khusus menggambarkan kejatuhan atau keruntuhan tokoh utama
f.
Drama liturgis, yaitu drama
yang pementasannya digabungkan dengan upacara kebaktian gereja (di Abad
Pertengahan).
g.
Drama satu
babak, yaitu lakon yang terdiri dari satu babak,
berpusat pada satu tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta
pengaluran yang ringkas.
h.
Drama rakyat, yaitu drama
yang timbul dan berkembang sesuai dengan festival rakyat yang ada (terutama di
pedesaan).
(MEDITASI dan KONSENTRASI)
§ MEDITASI
Latihan tubuh adalah latihan
ekspresi secara fisik. Agar dapat
bergerak secara fleksibel, disiplin dan ekspresif. Artinya, gerak-gerik kita
dapat luwes, tetapi berdisiplin terhadap peran kita, dan ekspresif sesuai watak
dan perasaan aktor yang di bawakan. Di beberapa
teater biasanya sering diberikan latihan dasar acting, berupa menari, balet,
senam, bahkan ada yang merasa latihan silat itu dapat juga melatih kelenturan,
kedisiplinan , dan daya ekspresi jasmaniah.Secara umum meditasi artinya adalah
menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk
menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan
diri.
Tujuan Meditasi :
1. Mengosongkan pikiran.
Mengosongkan pikiran dengan
jalan membuang segala sesuatu yang ada dalam pikiran, tentang berbagai masalah
baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Singkirkan semua
itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan.
2.
Meditasi
sebagai jembatan.
Disini alam latihan kita
sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan
dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan
sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan
kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan yang
akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan.
Cara
meditasi :
Pada umumnya yang biasa dilakukan adalah dengan duduk
bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi
bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam. Atur pernafasan dengan baik, hirup udara
pelan-pelan dan keluarkan juga dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran
udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita. Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan
suasana yang ada disekeliling kita dengan segala perasaan. Kita akan merasakan
suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita
untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi.
PEMUSATAN PIKIRAN
(KONSENTRASI)
Konsentrasi diarahkan
untuk melatih aktor dalam kemampuan membenamkan dirinya sendirikedalam watak
dan pribadi tokoh yang dibawakan dan ke dalam lakon itu. Konsentrasi
haru spula diekspresikan melalui ucapan, gesture, movement, dan intonasi
ucapannya. Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater
kita mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau
peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan
pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita
kerjakan.
Cara
konsentrasi :
Kita
harus melakukan dahulu meditasi. Dengan cara-cara
yang sudah ditentukan. Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita
dengan satu unsur pikiran. Rasakan bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki
alam semu yang tidak kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan
yang lain, selain bahwa kita saat ini sedang latihan teater.
Catatan :
Pada saat kita akan
membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan
sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita
pada hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain. Pusat perhatian aktor bukan ditempat penonton,
tetapi pada lakon yang dibawakan. Objek-objek perhatian, harus dipilah-pilah,
ada yang merupakan titik cahaya dalam lingkaran perhatian. Reaksi emosi dan
imajinasi dapat membantu proses konsentrasi ini.
Mengendurkan Urat
Urat kita harus fleksibel serta siap diperintah
melakukan gerakan dan acting sesuai dengan peranannya. Gerakan lentur,
fleksibel, indah tetapi rapi dan menawan, dapat dicapai melalui berbagai
latihan fisik seperti yang dijelaskan didepan.
Satuan dan Sasaran
Ikatan organik dialur lakon, satuan lakon yang
merupakan garis besar alur yang memaparkan juga perkembangan konflik, harus
dihayati secara baik, untuk kemudian diuraiakan dalam detail. Kemudian
ditentukan sasaran akting sang aktor yang seharusnya:
1.
Ditujukan
kepada lawan main.
2.
Merupakan
sasaran pribadi yang analog dengan watak yang kita gambarkan.
3.
Kreatif dan
artistik.
4.
Harus benar
sehingga meyakinkan.
5.
Menarik dan
mengharukan kita.
6.
Jelas dan
tipikal.
7.
Harus punya
nilai dan isi yang dapat berhubungan dengan sosok dalam daripermainan kita.
8.
Harus aktif,
mendorong untuk maju.
Keyakinan dan Rasa Kebenaranyang kita perlukan
adalah kebenaran yang dipindahkan menjadi sebuah padanan puitis berkat
imajinasi kreatif. Semua tindakan harus mempunyai makna dan dengan begitu ada
gerak yakin.
OLAH TUBUH
Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam), sangat
perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau
melemaskan otot‑otot kita supaya elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian‑bagian
tubuh kita yang kaku selama latihan-latihan nanti.
Pelaksanaan olah tubuh :
Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan
dengan segenap panca indera yana kita punyai, tentang segala rakhmat yang
dianugerahkan kepada kita. Dengan memakai rasa kita perhatikan seluruh tubuh
kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, yang mana semuanya itu
merupakan rakhmat Tuhan yarig diberikan kepada kita.
CARA MELATIH OLAH TUBUH
a Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke
belakang, ke kiri, ke kanan. Ingat kepala/leher dalam
keadaan lemas, seperti orang mengantuk.
a Putar kepala pelan‑pelan dan rasakan lekukan‑lekukan
di leher, mulai dari muka. kemudian ke kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu
seterusnya dan lakukan berkali‑kali. Ingat, pelan‑pelan dan rasakan !
a Putar bahu ke arah depan berkali‑kali, juga ke
arah belakang. Pertama satu-persatu terlebih dahulu, baru kemudian bahu kiri
dan kanan diputar serentak.
a Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu
kiri diputar ke arah belakang. Demikian pula sebaliknya.
a Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan
tangan, putar batas siku, putar tangan keseluruhan. Lakukan berkali‑kali,
pertama tangan kanan dahulu, kemudian tangan kiri, baru bersama‑sama.
a Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang.
Juga sebaliknya.
a Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat
kaki kanan dengan tumpuan pada kaki kiri. Jaga jangan sampai jatuh. Kemudian
putar pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan, putar seluruh kaki kanan.
Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas.
a Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini,
lakukan iari‑lari di tempat dan meloncat‑loncat.
MACAM‑MACAM
GERAK
Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam‑macam
gerak Latihan‑latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh
seseorang yang berkecimpung dalam bidang teater. Pada dasarnya gerak dapat dibagi
menjadi dua, yaitu :
1.
Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai
dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan bergerak yang sesuai dengan
apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu
memainkan naskah drama.
2.
Gerak non
teaterikal
Gerak
non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari‑hari.
Gerak yang dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam‑macam, secara
garis besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu :
a. Gerak Halus
Gerak
halus adalah gerak pada raut muka kita atau
perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul
karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira, dsb.
b. Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian
anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya pengaruh baik dari luar
maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu :
i.
Business
Business adalah gerak‑gerak
kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita lakukan secara
spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya :
-
sewaktu kita sedang mendengar alunan musik,
secara tak sadar kita menggerak‑gerakkan tangan atau kaki mengikuti irama
musik.
-
sewaktu kita sedang
belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks tangan kita akan
memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi kita
pada belajar.
ii.
Gestures
Gestures adalah gerak‑gerak
besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan secara sadar.
Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk
melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb.
iii.
Movement
Movement adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang
satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja,
tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung‑gulung, melompat, dsb.
iv.
Guide
Guide adalah cara berjalan. Cara berjalan orang tua
akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda pula dengan cara
berjalan orang yang sedang mabuk, dsb. Setiap gerakan
yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini harus
benar-benar diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang pemain apa
maksud dan maknanya ia melakukan gerakan yang demikian itu.
Dalam latihan
gerak, kita mengenal latihan “gerak-gerak dasar”. Latihan mengenai gerak-gerak
dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
-
Gerak dasar
bawah : posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di
sini kita hanya boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak
sampai pada batas kepala kita.
-
Gerak dasar
tengah : posisi kita saat ini dalam keadaan
setengah berdiri. Di sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai
diatas kepala.
-
Gerak dasar
atas : di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya
tanpa ada batas. Dalam melakukan
gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan
gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.
Latihan-latihan
gerak yang lain :
\
Latihan cermin.
Dua orang
berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu membuat gerakan dan
yang lain menirukannya, persis seperti apa yang dilakukan temannya, seolah-olah
sedang berdiri didepan cermin. Latihan ini dilakukan bergantian.
\
Latihan gerak
dan tatap mata.
Sama dengan latihan cermin, hanya waktu
berhadapan mata kedua orang tadi saling tatap, seolah kedua pasang mata sudah
saling mengerti apa yang akan digerakkan nanti.
\
Latihan
melenturkan tubuh
Seseorang berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian
seorang lagi membantu mengangkat tangan temannya. Setelah sampai atas
dijatuhkan. Dapat juga sebelum dijatuhkan lengan / tangan tersebut
diputar-putar terlebih dahulu.
\
Latihan gerak
bersama.
Suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang
melakukan gerakan yang sama seperti dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut,
yang berdiri didepan mereka.
\
Latihan gerak
mengalir.
Suatu kelompok yang terdiri beberapa orang
saling bergandengan tangan, membentuk lingkaran. Kemudian salah seorang mulai
melakukan gerakan (menggerakkan tangan atau tubuh) dan yang lain mengikuti
gerakan tangan orang yang menggandeng tangannya. Selama melakukan gerakan,
tangan kita jangan sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini
dilakukan dengan memejamkan mata dan konsentrasi, sehingga akan terbentuk
gerakan yang artistik.
GERAK DAN VOCAL
Setelah kita berlatih tentang vocal dan gerak
secara terpisah, maka sekarang kita mencoba untuk memadukan antara vocal dan
gerak. Banyak bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain
mengucapkan kalimat yang panjang sambil berlari-lari, melompat, jongkok,
bergulung-gulung, atau juga bisa dengan memutar-mutar kepala, memutar-mutar tubuh,
dan sebagainya. Latihan ini
berguna sekali bagi kita pada waktu acting. Tujuannya adalah agar vocal dan
gerak kita selalu serasi, agar gerak kita tidak terlalu banyak berpengaruh pada
vocal.
PERNAFASAN dan VOKAL
PERNAFASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan
ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik ia memerlukan
pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih
pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar
dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam
pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa
dipergunakan :
c Pernafasan dada
Pada pernafasan dada kita menyerap udara
kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada kita membusung. Di kalangan orang‑orang teater pernafasan dada biasanya tidak dipergunakan
karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk Udara sangat sedikit,
juga dapat mengganggu gerak/acting kita, karena bahu menjadi kaku.
c Pernafasan perut
Dinamakan pernafasan perut
jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut kita
menggelembung, Pernafasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena
tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan
dada.
c Pernafasan lengkap
Pada pernafasan lengkap
kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara yang
kita serap sangat banyak (maksimum). Pernafasan lengkap dipergunakan oleh sebagian
artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan acting, tetapi
mengutamakan vokal.
c Pernafasan diafragma
Pernafasan diafragma ialah jika pada waktu kita
mengambil udara, maka diafragma kita mengembang. Hat ini dapat kita rasakan
dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah
atas pinggul kita juga turut mengembang.
Pernapasan diafragma tidak banyak mengganggu gerak dan daya
tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.
Latihan‑latihan pemapasan :
T Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin.
Kemudian masukkan ke dalam dada, kemudian turunkan ke perut, sampai di situ
napas kita tahan. Dalam keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun sampai batas
maksimurn bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula,
barulah napas kita keluarkan kembali.
T Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya
kembali dengan cepat
T Cara berikutnya adalah menarik napas dalam‑dalam,
kemudian keluarkan lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun cara‑cara
lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vocal.
Catatan :
Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan
kita pakai, maka janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.
VOCAL
Latihan suara
Latihan suara ini dapat di
artikan latihan mengucapkan suara secara jelas dan nyaring (vokal), dapat juga
berarti latihan penjiwaan suara. Yang harus mendapatkan pelatihan seksama,
adalah suara itu hendaklah jelas, nyaring, mudah ditangkap, komunikatif,dan
ucapkan sesuai daerah artikulasinya. Untuk menjadi
seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vocal yang baik
pula. "Baik” di sini diartikan sebagai :
é Dapat terdengar (dalam jangkauan penonton,
sampai penonton, yang paling belakang).
é Jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
é Tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang
diucapkan.
é Tidak monoton.
Untuk mempunyai vocal yang baik ini, maka perlu
dilakukan latihan‑latihan vocal. Banyak cara, yang dilakukan untuk melatih
vocal, antara lain :
ù Tariklah nafas, lantas keluarkan lewat mulut
sambil menghentakan suara "wah…” dengan energi suara. Lakukan ini berulang
kali.
ù Tariklah nafas, lantas keluarkan lewat mulut
sambil menggumam "mmm…mmm…” (suara keluar lewat hidung)
ù Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan
suara mendesis,"ssss…….
ù Hirup udara banyak‑banyak, kemudian keluarkan
vokal "aaaaa…….” sampai batas nafas
ù Nada suara jangan berubah.
ù Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi
rendah suara) diubah-ubah naik turun (dalam satu tarikan nafas)
ù Keluarkan vokal “a…..a……” secara
terputus-putus.
ù Keluarkan suara vokal “a‑i‑u‑e‑o", “ai‑ao‑au‑ae‑", "oa‑oi‑oe‑ou",
“iao‑iau‑iae‑aie‑aio‑aiu‑oui‑oua‑uei‑uia‑......” dan sebagainya.
ù Berteriaklah sekuat‑kuatnya sampai ke tingkat histeris.
ù Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan,
jongkok, bergulung‑gulung, berlari, berputar‑putar dan berbagai variasi
lainnnya.
Catatan :
Apabila suara kita menjadi serak karena latihan‑latihan
tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali
melakukan. Sebabnya adalah karena lendir‑lendir di tenggorokan terkikis, bila
kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah
agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang
serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu
memaksa alat‑alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan
dapat merusak alat‑alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.
Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka.
misalnya di gunung, di tepi sungai, di dekat air terjun dan sebagainya. Di sana
kita mencoba mengalahkan suara‑suara di sekitar kita, disamping untuk
menghayati karunia Tuhan.
ARTIKULASI
Artikulasi pada
teater adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan
benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata‑kata
yang diucapkan.
Pada pengertian artikulasi
ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang
kurang/tidak benar, yaitu :
a Cacat artikulasi alam : cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang
berbicara gagap atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya
‘r’, dan sebagainya.
a Artikulasi jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan
terjadi
sewaktu‑waktu. Hal ini sering terjadi pada pengucapan
naskah/dialog.
Misalnya:
o Kehormatan menjadi kormatan
o Menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya.
Artikulasi jelek disebabkan karena belum
terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan sebagainya.
a Artikulasi tak tentu : hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog
terlalu cepat, seolah‑olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama
sekali.
Untuk
mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan
- Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan
bentuk mulut pada setiap pengucapan. Ucapkan setiap huruf dengan nada‑nada
tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan berbisik.
- Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat,
naik, turun, dsb
- Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti
di atas. Perhatikan juga bentuk mulut.
GETIKULASI
Getikulasi adalah suatu cara untuk memenggal
kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi
seperti halnya artikulasi, getikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya
saja fungsinya yang berbeda.
Getikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat
karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat kadang‑kadang memiliki arti
yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!” dengan kalimat "Angkat kaki
dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang
berbentuk "Lalu ?” , "Kenapa ?” atau "Tidak !" dan
sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada
sebuah dialog.
Getikulasi harus dilakukan sebab kata‑kata yang
pertama dengan kata berikutnya dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang
berbeda. Misalnya: "Tuan kelewatan. Pergi!". Antara "Tuan kelewatan"
dan "Pergi" harus dilakukan pemenggalan karena antara keduanya
memiliki maksud yang berbeda.
Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam
memberikan tekanan pada kata. Misalnya "Tuan kelewatan".......
(mendapat tekanan), “Pergi….” (mendapat tekanan).
INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita
tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan membosankan.
Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan‑tekanan yang diberikan pada kata,
bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu :
\
Tekanan Dinamik
(keras‑lemah)
Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan
penekanan‑penekanan pada setiap kata yang memerlukan penekanan. Misainya saya
pada kalimat "Saya membeli pensil ini" Perhatikan bahwa setiap
tekanan memiliki arti yang berbeda.
-
SAYA membeli
pensil ini. (Saya, bukan orang lain)
-
Saya MEMBELI
pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
-
Saya membeli
PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)
\ Tekanan Nada (tinggi)
Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai
nada/aksen, artinya tidak mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini
adalah membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah‑ubah.
Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya
suatu kata.
\
Tekanan Tempo
Tekanan tempo adalah memperlambat atau
mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan untuk lebih mempertegas
apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya cobalah membaca naskah dengan tempo
yang berbeda‑beda. Lambat atau cepat silih berganti.
WARNA SUARA
Hampir setiap orang memiliki warna suara yang
berbeda. Usia sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya
saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda.
Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara
laki‑laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya. Selain harus memperhatikan artikulasi,
getikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara. Sebagai latihan
dapat dicoba merubah‑rubah warna suara dengan menirukan warna suara seorang
tua, pengemis, anak kecil, dsb. Selain mengenai
dasar‑dasar vocal di atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga adanya suatu
penghayatan. Untuk latihan cobalah membaca naskah berikut ini dengan
menggunakan dasar‑dasar vocal seperti di atas.
(Si Dul masuk
tergopoh‑gopoh)
Dul : Aduh Pak….e…..e…..itu, Pak…. Anu…. Pak….a….a….ada
orang bawa koper, pakaiannya
bagus. Saya takut, Pak, mungkin dia orang kota, Pak.
Paiman : Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak
kau kumpulkan orang-orangmu untuk mengusirnya ?
Pak Gondo : (kepada Paiman) Kau lebih-lebih
Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi lapor apa ?! Sudah tidak ada orang kota
yang masuk ke daerah kita, hei ! (sambil mencengkeram Paiman).
Paiman : Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada
orang kota yang masuk.
Pak Gondo : (membentak sambil mendorong) Diam
Kamu !
(kepada si Dul) Di mana dia sekarang ?
Dul : Di sana Pak, mengintip orang mandi di
kali sambil motret.
(GERAK)
KARAKTERISASI
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh
yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang
yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan
karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian
penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari
seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Pembangunan Watak Aktor harus sesuai dengan
tuntutan lakon. Pembangunan watak iu didahului dengan menelaah struktur fisik,
kemudian mengidentifikasikannya, dan menghidupkan watak itu seperti halnya
wataknya sendiri.Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang
dituntut naskah, maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh
tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis. Nah, kita
harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb.
Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya
sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita
menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya memerankan
jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya :
Tokoh (A) … jabatan
(lurah) … watak (licik, pura-pura, pengecut)
Tokoh (B) … jabatan (jongos) … watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah)
Untuk melatih
karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut:
Dengan menirukan
gerak-gerak dasar atau ciri-ciri khas yang
biasa dilakukan oleh pengemis, kakek, anak kecil, pemabuk, orang buta, dsb. Dua orang atau lebih,
berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi perintah kepada
temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang diceritakan.
Untuk membantu memberi suasana, dapat memakai musik pengiring. Untuk memperdalam mengenai karakteristik, perlu kita mempelajari observasi, ilusi, imajinasi
dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu persatu.
OBSERVASI dan IMAJINASI
Untuk menampilkan watak tokoh yang diperankan,
aktor secara sungguh-sungguh harus berusaha memahami bagaimana memanifestasikannya
secara eksterna. Aktor mulai dengan belajar mengobservasikan (memahami) setiap
watak, tingkah laku dan motivasi orang-orang yang dijumpainya. Kekuatan
imanjinasi berfungsi untuk mengisi dimensi kejiwaan dalam acting, setelah
diadakan observasi tersebut. Acting bukan sekedar meniru apa yang diperoleh
lewat observasi, tetapi harus menghidupkannya, memberi nilai estetis.
Observasi adalah
suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah
lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb.
Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan
mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan
demikian kita akan menjadi tokoh yang kita ingini.
Imajinasi adalah
suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada.
Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau
sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu
menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas,
penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi
walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku.
Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah
pantomim.
Telah disebutkan bahwa
obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan, termasuk disini
segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai
berikut :
1.
Sebutkan
sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai
menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.
2.
Sebutkan sebuah
benda yang tidak ada disekitar kita kemudian bayangkan dan sebutkan bentuk
benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dsb.
3.
Menganggap atau
memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya. Contohnya, menganggap
sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya,
dsb. Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi tertawa terpingkal-pingkal.
4.
Menganggap
sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil rasanya
menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin,
kasar, dsb.
ILUSI
Ilusi adalah
bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik
yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman,
hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan,
kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dsb.
Cara-cara melatihnya antara lain :
1. Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan,
kebakaran, dsb.
2. Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa,
ketika dimarahi guru, dsb.
3. Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup,
sopan santun dikampung, dsb.
4. Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi,
dewa, burung, artis, dsb.
5. Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang
antar planet, dsb.
PENGHAYATAN
Penghayatan adalah
mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita.
Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai
polisi, maka saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri
melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang
harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.
Cara-cara yang
dipergunakan dalam penghayatan adalah :
1.
Pelajari naskah secara
keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh naskah, problema
apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.
2.
Melakukan gerak
serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat
gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.
3.
Sebagai latihan
cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai pembantu
pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.
INGATAN EMOSI
Emosi dapat
diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah,
benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat
mengendalikan dan menguasai emosinya. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh,
yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernafasan, niat.
Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka tinbul
niat untuk memukul, dsb.
Untuk dapat disampaikan
semua emosi dengan baik, aktor harus berusaha untuk menghayati kembali apa yang
pernah dirasakan dalam kehidupan nyata, sesuai dengan perasaan yang
dikehendaki. Jika sulit menghadirkan kembali emosi yang
dikehendaki maka dengan bantuan suara yang berkesan atas peristiwa dulu,
kiranya emosi yang sama akan hadir. Misalanya, seorang gadis yang pernah patah
hati, sangat terkesan akan lagu “seruling senja”. Jika kedukaan yang sama sulit
ditampilkan, maka dengan bantuan lagu “seruling senja” niscahaya emosi tersebut
akan lebih mudah ditampilkan. Demikian pula gambar, pemandangan alam, melalui
surat, suasana tertentu orang akan mampu merekonstruksi suasana batinnya.
Catatan :
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan
rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam setiap gerak dan
ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak
pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan
sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga
perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat
mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.
PENGGUNAAN PANCA INDERA DALAM TEATER
Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan
lima panca indera secara utuh. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu
menggunakan panca indera kita tersebut, baik secara bersama-sama ataupun
sendiri-sendiri. Dalam teater kita juga harus menggunakan indera kita dengan
baik agar dapat memainkan suatu peran dengan baik pula. Supaya alat-alat indera kita dapat bekerja
semaksimal mungkin, tentu saja harus dilatih. Hal ini sangat perlu dalam teater
untuk membantu kita dalam membentuk ekspresi. Bentuk-bentuk latihan yang dapat
dilakukan, antara lain :
\ Mata
Duduk
bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada titik
tersebut. Usahakan menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin.
\ Telinga
-
Duduk bersila,
pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada beberapa
macam benda, dimana setiap benda memiliki nada / suara yang berlainan.
Hitunglah berapa kali ketukan pada benda yang sudah ditentukan.
-
Duduklah ditepi
jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara apa
saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bis, sepeda motor, suara tawa
seseorang diatas sepeda motor, suara sepatu diatas trotoar,dsb.
\ Hidung
-
Duduk ditepi
jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa yang ada
disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita, bau
parfum, asap knalpot, asap rokok, atau tanah yang baru disiram hujan, dsb.
-
Ciumlah tangan,
kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati benar-benar
bagaimana baunya.
\ Kulit
-
Rabalah tangan,
kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah
tubuh kita itu, cari perbedaan antara setiap tubuh.
-
Rabalah
dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya,
dingin atau panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali
bentuknya. Lakukan latihan ini dengan mata terpejam.
\ Lidah
-
Rabalah dengan
lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit, bibir,
dsb.
-
Rasakan dengan
menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu tangan, batang pensil,
tangan yang berkeringat,dsb.
BLOKING
Bloking adalah
kedudukan tubuh pada saat diatas pentas. Dalam permainan drama, bloking yang
baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu
mengontrol tubuh kita agar tidak merusak bloking. Bloking yang baik adalah bloking tersebut harus
seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.
c
Seimbang
Seimbang berarti
kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting)
tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat
sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau
benda-benda yang ada di panggung.
c Utuh
Utuh berarti
bloking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan
dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling
menutupi.
c Bervariasi
Bervariasi artinya bahwa
kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk
komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain
jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri,
sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali kalau memang
dikehendaki oleh naskah.
c Memiliki titik pusat
Memiliki titik pusat artinya
setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting artinya
untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat dimana
sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga
jangan saling mengacau sehingga akan mengaburkan dimana sebenarnya letak titik
perhatian.
c
Wajar
Wajar artinya setiap
penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat.
Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus
beralasan.
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah
tidak menuntut bloking yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau
naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip bloking. Ada juga
naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.
KOMPOSISI PENTAS
Komposisi pentas adalah
pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi pentas ini
dibuat untuk membantu bloking, dimana setiap bagian pentas mempunyai arti
tersendiri. Berikut ini adalah skema komposisi pentas.
{ PENONTON
Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan
nomornya. Bagian depan lebih kuat daripada bagian belakang. Bagian kanan lebih
kuat daripada bagian kiri. Oleh karena itu jangan menempatkan diri atau benda
yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat. Carilah tempat-tempat yang
sesuai agar bloking kelihatan seimbang. Walaupun demikian harus tetap dalam
batas-batas yang wajar, jangan terlalu dibuat-buat.
{ NASKAH
Naskah diartikan sebagai bentuk tertulis dari
suatu drama. Sebuah naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk
yang berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya
sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat
berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi, kondisi,
serta tempat dimana dimainkan naskah tersebut.
Sebuah naskah yang baik harus memiliki tema,
pemain / lakon dan plot atau rangka cerita.
Ë Tema
Tema adalah rumusan
inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan cerita.
Dari tema inilah kemudian ditentukan lakon-lakonnya.
Ë Lakon
Dalam cerita
drama lakon merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak
cerita.oleh karena itu seorang lakon haruslah memiliki karakter, agar dapat
berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik. Disamping itu dalam naskah akan
ditentukan dimensi-dimensi sang lakon. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan
yaitu :
1.
Dimensi
fisiologi ; ciri-ciri badani “usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri
muka,dll.”
2.
Dimensi
sosiologi ; latar belakang kemasyarakatan “status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan
dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dll.”
3.
Dimensi
psikologis ; latar belakang kejiwaan “temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan
kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dll.”
Ë Plot
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot
adalah suatu keseluruhan peristiwa didalam naskah. Secara garis besar, plot
drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
4 Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama
adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat,
waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa
cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi
eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita.
4 Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para
lakon harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya,
dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk
mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan
membukakan fakta.
4 Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita
masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul suatu
perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
4 Klimaks dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis.
Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang
bergerak dalam suatu klimaks.
4 Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan, dimana
didalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu
klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.